SELAMAT HARI RAYA NATAL 2011

"Damai di Bumi, Damai di Hati"

BEM FIKOM 2011/2012

Taat dan setia pada Tri Dharma Perguruan Tinggi

LDK Fikom

Latihan Dasar Kepemimpinan, sebuah proses awal dari langkah sang pemimpin.

LDK Fikom

Setiap individu tercipta sebagai seorang pemimpin.

Makrab Fikom

Satu dalam kebersamaan insan komunikasi

Makrab Fikom

Senyum Fikomers 2010.

Makrab Fikom

Life is a games

Communication Days 2010

Peserta Commdays 2010

Communication Days 2010

Praktisi PR: Makroen Sanjaya (Metro TV), Iskandar Tumbuan (Mandiri Bank), Ratu Maulia Ommaya (The Bodyshop Indonesia) bersama Ibu Nawiroh Vera dan Beryl Masdiary.

Communication Days 2010

Michael Gumelar (praktisi DKV), Wahyu Aditya (Animator), bersama Ibu Riyodina (dosen) dan Ibu Liza Dwi Ratna Dewi (Dekan FIKOM).

Communication Days 2010

Atmadji Sumarkidjo (Wartawan Senior), Herwin Krisbianto (Produser TV One), Medya Apriliansyah (dosen), dan Prabu Revolusi (News Anchor Metro TV).

Communication Days 2010

Organizer Communication Days 2010

Rabu, 25 Agustus 2010

Kesalahan/kerancuan dalam berpikir

secara harafiah, berpikir itu sendiri, dalam artian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. dari situ jelas diungkapkan bahwasanya dalam berpikir tak lepas dari perannya 'akal budi' dalam proesnya. namun, akal itu pada kenyataan, seringkali membawa manusia terjebak dalam kesalahan atau kerancuan pada pemikirannya.

kita sebagai mahasiswa, yang diklaim sebagai kaum intelektual, sudah sepantasnya untuk dituntut dalam pemikiran menuju arah yang lebih baik dengan bertransformasi melalui ide-ide dalam diri kita. oleh karena itu, untuk mencapai hal tersebut harus menghindari berbagai gejala kerancuan yang menyebabkan kegagalan dalam jalan pemikiran kita.

menurut Jalaludin Rachmat, ada 7 macam dalam kesalahan berpikir atau kerancuan berpikir, yaitu:

1. Fallacy of Dramatical Instance

kesalahan berpikir ini berawal dari kecenderungan orang untuk melakukan over-generalitation, yaitu penggunaan satu atau dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum. kerancuan semacam ini sangat banyak di temui di masyarakat, dan biasanya over generalized di ambil dari satu kasus atau dua kasus sebagai rujukan yang diambil dari pengalaman pribadi seseorang. contoh yang sangat konkrit yang terjadi: "wanita itu di sakiti oleh pria sebanyak 3 kali dalam hidupnya, lalu di berkesimpulan bahwa semua laki2 itu brengsek", itulah contoh konkrit yang sering di temui dari fallacy of Dramatical Instance.

2. Fallacy of Retrospective Determinism

Istilah panjang ini sebenarnya untuk menjelaskan kebiasaan orang yang menganggap masalah yang ada yang sekarang terjadi sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak bisa dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang. misalnya: "mengapa pelacuran itu harus dibasmi?, karena sepanjang sejarah pelacuran, mereka tetap ada, dan tidak bisa dibasmi, oleh karena itu yang harus kita lakukan merelokasikan agar tidak ada dampak2 yang tidak diinginkan."singkatnya Determinisme retrospektif adalah upaya kembali pada sesuatu yang seolah - olah sudah ditentukan oleh sejarah.

3. Post Hoc Ergo Propter Hoc

istilah ini berasal dari bahasa latin, Post = sesudah, Hoc = Demikian, Ergo = karena itu, Propter = disebabkan Hoc = demikian. intinya: sesudah itu - karena itu - oleh sebab itu. Memang sulit apabila diterjemahkan secara terminologis, tetapi kata2yang panjang dan sulit dipahami ini intinya bahwa akibat yang dihasilkan tidak sesuai dengan sebabnya, akan tetapi dipercaya bahwa penyebabnya tidak sesuai itu. contoh konkritnya: "orang tua lebih menyayangi seorang anak dibandingkan anak lainnya hanya karena orangtua itu naik pangkat, keadaan ekonominya yang baik setelah mempunyai anak kesayangannya itu. dulu orang tua ini sengsara dan yang kena getah anak pertamanya dan berkata "anak pertama ini membawa sial, zaman anak ini kami sengsara, nah anak yang bungsu ini yang membawa keberuntungan.

4. Fallacy Of Misplaced Concretness

intinya, kerancuan ini adalah mengkonkritkan sesuatu yang pada hakikatnya abstrak, misalnya: "mengapa Negara A miskin? karena sudah menjadi takdirnya negara A miskin, Takdir merupakan sesuatu yang abstrak, jika jawabannya seperti itu maka Negara A tidak bisa dirubahlagi menjadi negara yang sejahtera.

5. Argumentum Ad Verecundiam

intinya, Berargumen dengan menggunakan Otoritas, padahal otoritas itu sendiri tidak relevan dan ambigu, otoritas itu sesuatu yang sudah diterima kebenarannya secara mutlak.

6. Fallacy Of Composition

misalnya, dikampung saya, ada orang yang membudidayakan jamur, sehingga menjadi perusahaan besar dan mendatangkan uang yang banyak pada orang tersebut. lalu melihat itu, seluruh penduduk menjual kebunnya untuk dijadikan modal berbisnis jamur. akibatnya semua penduduk kampung saya bangkrut karena merosotnya permintaan dan membludaknya pasokan barang. singkatnya, terapi yang berhasil untuk satu orang dianggap berhasil untuk semua orang, inilah Fallacy of composittion.

7. Circular Reasoning

pemikiran yang berputar - putar, menggunakan kesimpulan untuk mendukung asumsi yang digunakan lagi untuk menuju kesimpulan semua, hal ini sangat sering ditemui. ketika saya berdiskusi dengan teman saya, teman saya mengemukakan hipotesis: "apabila organisasi dikembangkan denganbaik maka program transmigrasi akan berjalan lancar." saya tanya: "apa buktinya organisasi itu berjalan lancar?" ia jawab: "kalau programnya berjalan lancar". saya tanya lagi: "Program lancar, artinya?" ia menjawab: "artinya pengembangan organisasinya baik." inilah contoh circular reasoning, ini sama saja membuat hipotesis, "apabila seorang manusia laki laki, maka dia pasti pria".

by: Anis Rosyadi

(Sumber : Kamus Populer, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Bahasa Latin, Rekayasa Sosial - Jalaluddin Rakhmat, Logika - Mundiri)

Rabu, 18 Agustus 2010

Merdeka belum Merdesa.

Merdeka selama 65 tahun, tetapi belum Merdesa.
Ini salah satu masalah kita. Yang menjadikan kita susah untuk benar-benar bangkit.
Kita punya mental majikan.
Perhatikan aja rumah para "middle class" Indonesia, rata rata sudah punya pembantu.

pengaruhnya apa?

pengaruh tersebut menjadikan kita terbiasa untuk menyuruh memberesin rumah kalau liat rumah kita berantakan, atau kalau ingin sesuatu. Padahal yg berantakin kemungkinan kita sendiri
Dan padahal bikin kopi juga bisa sendiri.
Dengan alasan "Kan gue gaji untuk bantu bantu?" mereka memilih untuk duduk tenang sambil nonton TV sambil nunjuk2 "Beresin itu dong, ambilin air es dong"

Padahal, kalau hal hal seperti itu kita bisa lakukan sendiri, pembantu jadi lebih fokus tenaganya untuk melakukan hal hal lain yang mungkin "lebih males" untuk kita lakukan seperti nyuci baju dan setrika atau entahlah apa.

Sama keadaannya dengan para pemuda Indonesia Dengan alasan "Pemerintah dan DPR kan digaji pake uang pajak dari gue.." akhirnya pemuda lebih seneng nyuruh-nyuruh Pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, menurunkan biaya sekolah biar yang tidak mampu bisa sekolah, memberikan fasilitas kesehatan berkualitas dan gratis untuk masyarakat yang tidak mampu. Padahal, kita bisa lakukan sendiri.
Mereka juga melakukan perubahan, KITA juga.

Ada 2 jenis pemuda di dunia. Mereka yang menuntut perubahan, dan menciptakan perubahan. Dua duanya harus ada. Nah sekarang, liat lingkungan kalian. Sudahkah ada keduanya? Kalau belum, maka ada yang salah dengan lingkungan tersebut.
Salah, karena kalau pemuda cuma bisa menuntut doang, itu pertanda bahwa mereka punya mental majikan. Kalau ditanya, apa masalah terbesar di Indonesia, umumnya menjawab kemiskinan dan korupsi.
Kalau memang kemiskinan adalah masalah kita, mengapa anda tidak pernah melakukan apa apa untuk menghapus kemiskinan?

Apa yang pernah anda lakukan untuk menurunkan 8 poin Millenium Development Goals? Taukah anda apa itu MDG? Mungkin usaha menurunkan angka kemiskinan bisa dimulai dari situ.
Lalu taukah kenapa korupsi merajalela?
Salah satunya adalah karena kita biarkan mereka terjadi dengan ketidak pedulian kita terhadap politik. Kita dengan acuh berkata bahwa kita benci politik. Karena politik itu busuk.

Apa hasilnya?

Kebencian kita terhadap politik membuat kita tidak peduli, tidak mengerti dan tidak tahu. Padahal pada Pemilu kita berbondong bondong untuk nyontreng, tidak dilengkapi dengan pemahaman politik yang benar. Korupsi dilakukan oleh orang orang tidak benar yang duduk di jabatan yg memungkinkan untuk korupsi. Jangan biarkan mereka duduk disana.
Pilihlah pemimpin kita dengan benar. Berpolitiklah.
Gunakan kekuatan kita. Gunakan suara kita. Gunakan dengan baik dan benar dan bijak.
Negara kita masih muda, jangan berkelakuan seakan mengubah Indonesia sudah terlambat. karena Indonesia, akan ada untuk selamanya. Merdeka.

Source from: http://www.indonesiaoptimis.org/
cuplikan tersebut adalah salah satu pidato yang disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono, saat peringatan hari kemerdekaan kemarin dalam sebuah situs platform upacara bendera virtual, Ya, dunia teknologi dan multimedia telah menembus batas logika hingga upacara bendera pun kini dapat dilaksanakan secara virtual. penasaran? silahkan klik disini. 

Aktivis gerakan #Indonesiaunite tersebut ingin mengajak kaum muda untuk bangkit dan mencintai bangsa ini layaknya generasi penerus bangsa yang bermartabat. Dalam pidatonya, beliau mengungkapkan bahwa ada dua jenis pemuda di dunia ini, pemuda yang menuntut perubahan dan menciptakan perubahan. "Pemuda dengan mental majikan, hanya menuntut perubahan tanpa melakukan apa-apa untuk bangsa ini," ungkap Pandji yang juga pencetus gerakan 'Provocative-Proactive' tersebut.

Tanpa sadar, ungkapan Pandji tersebut mengena untuk kita selaku generasi muda. Yang kita lakukan hanyalah menuntut dan menyalahkan pemerintah. Sementara, kita sendiri? apa yang telah kita lakukan untuk bangsa ini? inilah tugas generasi muda, inilah tanggung jawab kita. Layaknya sebuah ungkapan populer yang mengatakan: "Jangan KAU tanyakan apa yang telah negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah AKU berikan kepada negara dan bangsa ini."

by: Christophorus Bayu Kurniawan

blog-indonesia.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More